Subscribe:

Pages

Selasa, 05 Juli 2011

SISTEM MANAJEMEN


Manajemen merupakan salah satu fenomena sosial tertua, seusia sejarah peradaban manusia. Pada zaman Tiongkok Kuno sudah ada catatan tentang manajemen. Dalam buku Strategi Militer Sun Zi, juga dapat ditemukan pembahasan tentang manajemen perencanaan, organisasi, komando, serta penggunaan sumber daya manusia.

Seiring dengan perkembangan masyarakat, kian meluasnya praktik manajemen, serta perkembangan produktivitas dan peningkatan kualitas organisasi, fenomena manajemen telah dikaji secara sistematis, selain karena masyarakat semakin sadar akan pentingnya fungsi manajemen. Hanya dengan manajemen yang ilmiah dan andal, suatu organisasi dapat tepat sasaran. Itulah sebabnya mengapa peran sistem manajemen semakin signifikan dalam bidang politik, sosial dan perekonomian.
Dalam filsafat manajemen, ada tiga wilayah berbeda yang perlu kita ketahui, yaitu:

1. Filsafat manajemen berdasarkan hati nurani.
2. Filsafat manajemen berdasarkan individu.
3. Filsafat manajemen berdasarkan kekuasaan.

Ketiga wilayah filsafat manajemen menjadikan manusia sebagai objek, sehingga manajemen tidak bisa dipisahkan dari filsafat humaniora, psikologi, struktur kekuasaan, dan lain-lain sehingga pada akhirnya cabang-cabang ilmu tersebut sangat bermanfaat dalam menata hubungan antar manusia.
Filsafat Manajemen Berdasarkan Hati Nurani
Jika kita ingin mengelola sekelompok orang, maka terlebih dahulu kita harus bisa mengelola diri sendiri.
Dengan demikian kita bisa menghayati bagaimana rasanya dikelola oleh orang lain sehingga kita mengetahui cara yang tepat untuk mengelola orang lain. Kiat utama dalam mengatur diri sendiri adalah mengendalikan kemudian mengatur perilaku kita. Kong Zi menegaskan bahwa segala sesuatu harus dimulai dari mengisi diri sendiri terlebih dahulu, membangun keluarga, mengelola Negara, dan kemudian menjaga perdamaian dunia.
Pemimpin yang berwibawa dan bijak dicirikan dengan atau tanpa kehadirannya mampu menumbuhkan energi dari semangat sehingga bawahannya bisa melaksanakan tugas dengan sadar dan baik. Dalam bahasa Inggris hal ini disebut present in absence.
Lao Zi dalam Dao De Jing berkata:

“Tanpa aku berbuat, rakyat sudah bisa mengurus diri
Tanpa aku bergerak, rakyat sudah bisa mandiri
Tanpa usahaku, rakyat sudah sejahtera sendiri
Tanpa komandoku, rakyat sudah bisa mengatur sendiri.” (Bab 57:LZ)
Pemimpin yang bermoral tinggi, bijaksana, berwibawa, dan mampu menjadi panutan merupakan ciri dari manajemen berdasarkan hati nurani.

Demikianlah yang diajarkan oleh para bijak bahwa hidup tidak untuk dirinya sendiri namun terutama untuk kesejahteraan lingkungan dan orang banyak. Hidup yang tidak memperkaya diri sendiri, justru menjadikan kita kaya. Hidup yang tidak menganggap dirinya besar, justru membuat kita menjadi besar.
Langit dan Bumi menjadi kekal justru bukan demi kepentingannya sendiri, melainkan demi segala sesuatu yang berada di dalamnya.
Sekali lagi perlu saya tegaskan, bahwa segala sesuatu diawali dari diri sendiri. Dalam struktur kemasyarakatan, individu merupakan unsure terkecil, ibarat sebuah atom. Individu atau atom tersebut harus aktif berinteraksi dengan atom atau individu lain agar mampu bersinergi dan menghasilkan kekuatan baru. Itulah prinsip dasar dan persoalan inti dalam ilmu manajemen.
Filsafat Manajemen Berdasarkan Individu Manusia
Dalam mengelola perusahaan, umumnya terdapat dua konsep yang berbeda. Pertama, perusahaan yang berorientasi pada kepentingan konsumen, member pelayanan yang terbaik, serta harga yang pantas. Strategi yang dilakukan yaitu mengejar volume penjualan yang tinggi alih-alih margin besar.
Konsep kedua adalah perusahaan yang berorientasi pada keuntungan pribadi dimana perusahaan ini selalu berusaha menaikkan harga jual tanpa memikirkan kepentingan pelanggan. Strategi yang diprioritaskan adalah mendapatkan profit terbanyak.
Kita tidak bisa menentukan mana yang terbaik dari kedua konsep tersebut. Namun, pengalaman membuktikan bahwa perusahaan yang berorientasi kepada pelayanan pelangganlah yang cenderung menjadi perusahaan yang lebih besar. Sebab, bila konsumen merasa puas, maka akan tercipta loyalitas pelanggan. Dengan demikian, akan sulit bagi competitor untuk bersaing. Hal tersebut juga berlaku untuk pejabat Negara yang senantiasa meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Rakyat yang sejahtera membuat Negara menjadi perkasa dan tak terkalahkan.
Lao Zi sering mengumpamakan orang bijak, para pejabat dan petinggi Negara sebagai air.
Tapi tidak banyak orang yang mampu menjalankan teori ini. Maka banyak orang bijak berkata, “Sesuai sifat air yang penuh toleransi dan mampu membersihkan sesuatu yang kotor, sehingga barangsiapa yang mampu menahan diri dalam menerima penghinaan maupun sanggup membersihkan aib bangsa, maka ia pantas disebut pemimpin bangsa. Orang yang mampu mengatasi malapetaka dan bencana alam, patut disebut pemimpin dunia.”
Namun, banyak orang yang menganggap teori tersebut tidak realistis dan sulit dipraktikkan. Misalnya, anjuran untuk bersikap lemah lembut dan toleran. Tak banyak orang yang mampu menerima ataupun mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dengan ajaran untuk bersikap rendah hati, tidak angkuh, tidak mau menang sendiri, seperti sifat air yang selalu memberi tanpa mengharap kembali. Utamakan kepentingan orang banyak alih-alih kepentingan dan kedudukan sendiri. Itulah inti ajaran manajemen yang berdasarkan Individu Manusia.
Filsafat Manajemen Berdasarkan Kekuasaan
Unsur-unsur pembentuk manajemen kekuasaan, yaitu:

1.Kekuasaan membuat peraturan,
2.Kekuasaan penegakan hukum,
3.Kekuasaan member penghargaan (reward) dan hukuman (punishment),
4.Kekuasaan pemanfaatan sumber daya manusia,
5.Kekuasaan pengelolaan keuangan,
6.Kekuasaan pemeriksaan.

Untuk melaksanakan enam unsure tersebut, pemimpin harus memiliki seni dan strategi kebijakan sebagai berikut:
1. Seni pelaksanaan hukum (boleh banyak cara namun menuju satu kebenaran).
2. Tekad menegakkan hukum (menjadi teladan dan tidak gegabah menjatuhkan keputusan).
3. Niat untuk terus meningkatkan kualitas diri (mampu mengendalikan diri dari segala bentuk godaan).
4. Menguasai pengetahuan dan wawasan tentang substansi dan fungsi hukum (alat untuk mencari keadilan, membela kebenaran tanpa pandang bulu).

0 komentar:

Posting Komentar